Intermediate dan Ngomong Soal Cinta-Cintaan
Sabtu itu aku dan teman-teman sekelas sibuk
belajar Intermediate Accounting buat persiapan ujian akhir hari rabu berikut.
Aku duduk di tempat dudukku, dengan textbook dan spidol warna-warni dan kertas
HVS. Aku cukup kecewa melihat nilai ujianku yang sebelumnya, yang jatuh banget
dan membuat rata-rata nilaiku jadi jelek. Makanya aku bertekad buat melakukan
yang sebaik-baiknya supaya dapat nilai bagus di ujian hari rabu nanti. Dan, aku
mau nyoba bikin mind map, seperti yang pernah diajarkan guru bahasa Indonesiaku
waktu SMA kelas I dan nggak pernah aku praktekkan lagi setelah materi pelajaran
bahasa Indonesia itu selesai.
“Ya ampun Precill, bagus sekali,” kata
Gessy yang kebetulan lewat dekat mejaku dan melihat mind mapku yang sudah
selesai.
“Haha… makasih,” kataku.
“Ini nih contoh orang yang mencintai
Akuntansi,” katanya lagi.
“Ha? Aku ga mencintai Akuntansi kok,” dan
dalam hati aku nambahin, mencintai? Nilai ujian kemarin saja dapat enam.
Mencintai itu kaya Lili, yang nilai ujiannya sembilan melulu.
“Haha.. Precill bikin Akuntansi yang
mengerikan jadi terlihat lucu,” komentar Shelly yang baru datang dan singgah ke
mejaku.
Percakapan itu terlupakan hingga malam ini.
Saat seminggu lebih setelah ujian Akuntansi itu selesai, dan hasil ujian itu
sudah keluar, dan aku cukup bersyukur dengan nilai yang kudapat karena sesuai
dengan ekspektasiku yang ketika ujian kemarin hampir bengong lihat soal ujian
yang diluar perkiraan dan terpaksa sedikit mengada-ada waktu menjawab ujian.
Aku nggak benci Akuntansi. Aku… cukup
menikmati pelajaran Akuntansi. Sejak SMA, aku lumayan suka Akuntansi dibanding
pelajaran Matematika, bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dan lain-lain. Dan, hey!
Bukannya waktu cawu satu, aku sempat bilang kalo aku mencintai Akuntansi? Dan
nilai mata kuliah Principle Accounting-ku A. Aku rajin ngerjain tugas, dan PD
PD aja kalo ada teman lain minta aku ngajarin atau ngeliat tugasku.
Sekarang aku takut waktu temanku mulai
ngomong, “Eh Precill, nanya dong,” pas jam Intermediate. Yang bener saja nanya
sama aku? Kalo salah gimana? Aku saja masih nggak ngerti.
Mencintai Akuntansi? Kata guru-guru SMA-ku,
kita mesti mencintai pelajaran yang kita pelajari. Biar nilainya bagus. Aku
mencintai Akuntansi? Kok nilainya enam?
Dan pagi ini, aku teringat lagi akan
percakapan dengan Gessy dan Shelly hari Sabtu lalu itu, dan nyadar, kalo
mencintai, bukan berarti kita mesti ahli, kan? Apa yang boleh mencintai
Akuntansi itu hanya orang-orang yang ahli Akuntansi? Hanya anak-anak yang dapat
nilai sembilan waktu ujian? Apa untuk mencintai sesuatu, atau, seseorang, aku
harus menjadi ahli dulu tentang mereka karena kalau aku bukan ahli maka aku
nggak boleh mencintai orang tersebut?
Karena mencintai itu tentang kemauan untuk terus
mempelajari, agar menjadi ahli.
Komentar