As easy as eat a bar of chocolate
“Kakak, gimana cara daftar PPA?”
Jidatku berkerut-kerut lucu pas baca
comment seseorang di akun Facebook PPA yang dibuat seorang peserta PPA. Aku
baca comment selanjutnya. Lho, lho, kok isinya berderet-deret kurang-lebih sama
semua? Dan diposting orang yang beda-beda pula. Mau nggak mau aku tergelitik
bergumam sendiri, “Nak, Nak… Betapa malasnya dirimu. Perasaan si admin sudah
sangat-sangat jelas mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendaftar PPA, sudah sangat to the point ngasih tahu berkas-berkas apa yang
mesti dilampirkan dan mesti dikirim kemana, kok ya nggak ngerti-ngerti?”
Aku scroll lagi ke bawah. Dan sedikit
senyum heran. Si admin-dan beberapa sesama peserta PPA-kadang sudah baik
menjawab pertanyaan si penanya yang mungkin terlalu malas membuka profil akun
PPA tersebut. Dibalas deh comment si penanya itu. Eh, selang beberapa comment,
ada lagi yang nanya pertanyaan yang sama. Nah, yang ini nih yang udah agak
membuat lucu. Apa si penanya nggak bisa-atau mau-membaca info yang disampaikan
sebelumnya. Wong pertanyaannya sama. Memangnya dia pikir beda orang, si admin
mau menjawab berbeda? Nggak, anak PPA (setahuku) nggak ada yang hobi nyebar
info sesat kok.
“Si Precill nih eksis banget di FB-nya
PPA,” komentar Ani-teman sekelasku di PPA-suatu kali.
“Hehehe…” aku cuma nyengir waktu itu.
“Eh, tapi gue emosi lho. Nanyanya sama..
mulu. Padahal itu lho udah jelas-jelas ditulis di profil tentang gimana cara
daftar PPA,” lanjut Ani. Aku segera mengiyakan.
Aku orang yang suka sharing. Iya, kalo
nggak aku nggak mungkin nulis tulisan ini dan puluhan tulisan lain di blog ini,
kan? Dulu waktu cawu I, waktu baru menyandang status mahasiswa PPA, aku masih
happy-happynya bagi-bagi info tentang PPA. Kadang aku bantu jawab
pertanyaan-pertanyaan di forum PPA, dan aku sangat senang membalas message yang
dikirim seseorang yang berminat mendaftar PPA dan pengen tahu soal PPA. Tapi
lama-lama, kok aku ngerasa jadi program copy-paste manual, ya?
Teman, mungkin Anda pembaca tulisan ini
juga adalah seseorang yang berminat mendaftar PPA, dan nemu akses ke blog ini
lewat Google setelah memasukkan kata kunci tentang PPA dan apa yang ingin Anda
ketahui. Aku nggak memusuhi teman-teman, kok. Beruntung, dulu aku bersekolah di
SMA yang sangat peduli pada study lanjut siswa-siswinya sehingga aku tinggal
mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran dengan rapih ke dalam satu map ke ruang
TU, dan sudah. Sekolah yang melegalisir, sekolah yang mengirimkan berkas
lamaranku ke BCA Jakarta. Tapi dibanding teman-temanku yang lain, mereka cuma
sedikit-sangat sedikit-lebih repot kok dibanding aku. Mereka cuma ngantar
berkas mereka ke kantor pos sendiri. Selain itu, proses yang kami jalani sama.
Yang kami lakukan hanya ngumpulin berkas
sesuai dengan yang diminta. Nggak kurang, nggak lebih. Dan serapih-rapihnya.
Kami ngumpulin fotocopy rapot, bikin CV, surat lamaran, fotocopy sertifikat dan
piagam yang pernah kami miliki, fotocopy kartu pelajar, sudah. Daftar
berkas-berkas itu kami dapat darimana? Dari info di sekolah, dari kakak kelas
yang juga keterima PPA, dari internet. Kalo masukin keyword berkas untuk
mendaftar PPA di Google saja, link di halaman pertama Google tuh udah bisa
menjawab pertanyaan. Tapi kayanya rada kebangetan sih kalo nanya di forum PPA.
Bukannya ga boleh, cuma ya kan sebelum ditanyain, tuh si admin udah ngasih tahu
duluan di profil. Masih ngeyel? Tuh si admin udah jawab pertanyaan teman-teman
yang nanya pertanyaan yang sama di posting sebelumnya.
Mendaftar PPA itu mudah kok. Semudah makan
coklat. Kalau makan coklat kan tinggal nyediain duit, beli coklat, makan. Kalau
mau daftar PPA, tinggal ke tempat fotocopy, fotocopy berkas-berkas, ngetik CV
dan surat lamaran-yang bisa di copy-paste dari punya teman Anda yang sama-sama pengen
daftar PPA, hehe..-dan kirim ke kantor pos ke alamat yang sudah diinfokan.
Sudah. Selama Anda memenuhi syarat yang sudah ditentukan, Anda bakal dipanggil
psikotest kok. Kalau nggak memenuhi syarat? Ya nggak usah nanya lagi, silahkan
nyari info tempat kuliah yang lain.
Teman, kita hidup di era yang semua info
bisa kita akses dengan mudah. Tinggal masukin yang kita pengen tahu di mesin
pencari. Sekali waktu ada seseorang yang nanya, isi CV dan surat lamaran apa?
Hmm… bukannya hasil pencarian Google lebih terpercaya dibanding nanya ke aku
yang surat lamarannya-ehem-ngelihat punya teman?
Di lain waktu ada seorang penanya yang
nanya soal penempatan setelah lulus PPA. OK, ni anak ceritanya belum juga
masukin lamaran, udah nanya soal lulus PPA. Tapi ya udah, aku jawab. Trus dia
bilang, lho, dia nggak mau ditempatin selain di Jakarta atau Medan, dia anak
laki-laki satu-satunya dan bla bla bla bla. Aku nggak pernah balas comment dia
sampai hari ini karena saat itu, sebenarnya aku pengen bilang “Lha, itu bukan urusanku,”.
Kalau aku jadi tim rekrutmen, jelas aku bakal nolak pelamar yang belum juga
diterima udah bawel minta ini-itu. Terakhir aku cek, ternyata anak itu jadi
mendaftar… dan nggak diloloskan oleh tim rekrutmen.
Hal lain yang sering ditanyain adalah soal
uang saku PPA. OK, kalo yang ini mungkin aku nggak bisa begitu nyinyir karena
aku sendiri sempat nanya-nanya soal ini ke kakak kelas, dan uang saku memang
salah satu hal yang paling bikin seseorang tertarik mendaftar PPA. Tapi percaya
deh, uang saku yang diberikan BCA buat peserta PPA itu cukup kok. Sebagai
gambaran, aku dan beberapa temanku malah berhasil nabung buat rencana
travelling kami, setelah membayar uang kos (tarif kos di daerah Wisma Asia
berkisar Rp 600.000-Rp 1.000.000), makan dua kali sehari (karena paginya
disediain coffee break sama BCA), ongkos laundry, dan bayar ini-itu. Nggak usah
khawatir kekurangan, selama kamu hidup wajar dan nggak makan di restoran tiap
hari.
Aku bakal dengan senang hati sharing apa yang aku tahu, apa yang aku
alami, asalkan, ya itu. Pertanyaannya yang cerdas, dan kalau aku mampu buat
jawab. Jangan nanya, “Kak, aku sudah kirim lamaran dari bulan bla bla bla tapi sampai sekarang kok belum
dipanggil, ya?” kadang malah ada yang baru ngirim lamaran beberapa minggu dan
sudah rewel nanya gitu. Nah, kalo soal yang itu, admin forum PPA dan peserta
PPA kaya aku sih jelas nggak bisa jawab dong. Kami tahunya ngutak-ngatik kasus
accounting, bukan ngurusin berkas lamaran, hehehe… Itu sih kuasanya ‘yang di
atas’ dong.
Tulisan ini lanjutan dari posting yang ini.
Komentar
Soalnya msh berharAp coba pknstan.
Tks