E-mail dan Pacar Baru


Aku tipe orang yang setia *ehem*, oh, ralat, itu hanya pembelaan diriku sih. Aku… orang yang malas repot. Aku malas mengganti nomor HP yang sudah kupakai sejak kelas I SMP, aku bela-belain ngurus ke Telkomsel di Jayapura buat dapetin nomor HP yang sama pas HP-ku hilang di Malang, aku malas nyari tempat laundry baru, aku malas pindah-pindah kos, termasuk, aku malas mengganti alamat e-mail yang kubuat sejak di rumahku pertama kali dipasang internet, pas aku SMP.

Tapi beberapa bulan yang lalu, aku nggak bisa mengakses account e-mail milikku. Beberapa waktu sebelumnya aku diperingatin sama si Yahoo! buat ganti password, soalnya password e-mailku lemah, gampang ditebak, bla bla bla lah. Dari dulu sih aku dapet pesan kaya gitu sebelum bisa mengakses account e-mailku. O, dan karena aku malas ganti password, selama ini aku acuhkan saja. Tapi kali itu aku nggak boleh mengakses account e-mail sampai aku ganti password. OK, aku ganti, dan… Tara! E-mailku bisa dibuka.

Besoknnya, aku mau buka e-mail. Aku masukin password biasa, dan muncul tulisan warna merah yang bilang passwordnya salah. Aku nepuk jidat dan baru ingat kemaren baru ngubah password. Aku mau masukin password yang baru… dan aku zonk. Kemarin password barunya apa ya? Aku coba-coba masukin semua kombinasi angka yang mungkin, kombinasi angka-kata, dan… tetap nggak bisa kebuka.

Kesal, aku nggak jadi buka e-mail. Aku matiin laptop, dan tidur karena waktu itu aku online tengah malam.

Berbulan-bulan kemudian, aku nggak dapat pencerahan juga soal password emailku. Sempat sih kebuka, pas nge-klik option forgot password, emailku kebuka dan aku masukin password baru. Tapi dasar nggak belajar dari kesalahan, bukannya mencatat password itu dimana gitu, aku malah sok PD nggak bakal lupa… dan aku lupa lagi. Dan sekarang aku nggak bisa buka email lamaku walaupun udah nangis-nangis ngeklik option forgot password itu.

Akhirnya, beberapa hari yang lalu aku bikin email yang baru karena masa nggak punya email? Kalo sewaktu-waktu ada penerbit yang mau menghubungiku lewat email karena baca tulisan-tulisanku di blog *ehem!* gimana?

Dan, tiba-tiba aku iseng kepikiran hal ini. Ganti alamat email itu, seperti putus dari pacar. Pacaran bertahun-tahun, tapi karena problem yang nggak bisa diselesaikan, akhirnya hubungan mesti berakhir. Padahal udah nyaman dan menggantungkan banyak hal sama dia (aku udah terlanjur nyantumin email lama yang nggak tahu apa passwordnya itu buat biodataku pas ngirim naskah novel atau ikutan lomba). Banyak hal yang udah dilalui bersama dia. Tapi seperti tata nilai BCA nomor empat #apasih Continuous Pursuit of Excellence-Berusaha mencapai yang terbaik-ya… mau ga mau mesti ganti alamat email demi kelanjutan hidup yang lebih baik #makinapasih.

Dan seperti baru putus sama pacar, ada dong masa galau-galau. Masa penyesalan. Haduh… kenapa coba ga nyatat password email dimana gitu kek. Aduh… harusnya aku lebih rajin minum Cerebrovit. Aduh.. aduh… dan banyak aduh-aduh lainnya. Nyesal nggak bisa buka inbox lama padahal di sana ada obrolan dengan teman-teman lama, banyak cerita, macam macam lah.

Tapi, aku mesti move on.

Ok, tulisan ini aku akhiri di sini. Dan ngomong-ngomong, tulisan ini nggak ditulis sama penulis yang berniat putus dan cari pacar baru kok. 

Hey K, aku harap kamu ga bakal jadi seperti e-mail lamaku. Aku ga mau punya ‘e-mail baru’. Aku bakalan berusaha buat ga lupa password buat membuka hatimu B) *ga tau kenapa jadi dangdut banget*

Komentar

Postingan Populer