Him.
-->
Sudah lama aku pengen nulis tentang Dia.
Seseorang yang sangat berharga buatku, dan ya, seseorang yang sangat aku
sayangi. Tapi tiap mau nulis tentang Dia… kedengaran klise sih, aku bingung mau
mulai nulis darimana. Dan akhirnya, aku nge-shut down laptop, tanpa
menghasilkan suatu tulisan.
Nah, karena Dia pernah menulis tentangku di
sini, maka aku juga akan memulai tulisan tentang Dia dengan satu
pertanyaan yang sama. Kenapa aku menyukai Dia?
Dia adalah sosok yang apa adanya. Dia tidak
berusaha menggunakan topeng untuk terlihat sempurna, karena Dia adalah Dia. Dia
memang nggak sempurna, tapi Dia adalah orang yang mau belajar. Dan itu yang aku
kagumi. Dia berani untuk mengakui kalau ia salah, berani untuk minta maaf
duluan, dan mau berubah.
Aku sangat menyukai cara berpikirnya, dan
senang membicarakan banyak hal random dengannya. Kadang aku berpikir, mungkin
berbicara tentang hal paling nggak asyik seperti politik pun, bisa jadi lucu
dan seru jika berbicara dengannya. Kami bisa ngomongin dan berdebat tentang apa
saja. Berbicara tentang Tuhan, tentang ekonomi, tentang kasus dokter yang
dipidana karena pasiennya meninggal, dan banyak topik lain. Dan kami akhirnya
ketawa dengan cara pikir kami yang kadang beda, dan melompat membicarakan topik
lain.
Ada satu quote yang bilang, “Every girl has
her bestfriend, boyfriend, and true love. But you’re really lucky if they’re
all the same person.” Dan aku merasa salah seorang cewek yang beruntung itu.
Aku nggak berani bilang kalo Dia adalah True Love-ku. Karena, siapa sih aku?
Cewek 19 tahun lewat 9 hari, tahu apa tentang true love? Tapi intinya, aku
merasa sangat beruntung mengenal Dia. Dan bahkan di hari terburukku, Dia bisa
membuatku tersenyum dengan caranya yang sederhana.
Aku nggak bisa mastiin sebenarnya udah
berapa bulan aku kenal dengan Dia, dan Dia sudah menjadi bagian dari
hari-hariku. Memang, nggak semua cerita tentang Dia dan aku berisi hal-hal yang
indah ala komik atau film Korea. Kami nggak bisa bertemu tiap hari, bertemu
kapan pun kami mau karena tempat tinggal kami sekarang letaknya jauh, nggak
kaya dulu waktu SMA, ketika kos kami cuma dipisahkan satu dinding. Apalagi
sekarang, kami sama-sama sibuk dengan cita-cita kami, dan berkutat dengan dunia
yang terlihat berbeda. Dia dan segala hafalan anatomi dan hal-hal kedokteran
lainnya, dan aku dengan makalah SPM dan hal-hal berbau ekonomi yang kadang
bikin aku pusing sendiri. Kami sering berkomunikasi lewat LINE, kadang hanya
percakapan singkat karena banyak tugas yang harus kami selesaikan.
Tapi aku percaya, sesuatu yang indah dan
berharga itu harus diperjuangkan, dan nggak mudah mendapatkannya, kan? Mau
nilai bagus mesti belajar benar-benar. Mau kaya mesti kerja keras. Dan hubungan
ini pun, harus kami perjuangkan jika ingin menjadi sesuatu yang berharga.
Komentar