WELCOME TO NEW WORLD
Setelah lulus dari
Program Pendidikan Akuntansi BCA (PPA BCA), aku dan semua
teman-temanku mendapat penawaran kerja di salah satu bank swasta
terbesar di Indonesia tersebut. Sebagian besar teman SMA-ku yang tahu
aku sudah mendapat kerja lebih dulu dibanding mereka yang bahkan
belum mulai skripsi, yang sebelumnya nggak pernah menghubungiku,
entah bercanda atau nggak meminta traktiran, dan memiliki ekspektasi
kalau teman mereka ini mendapat posisi tinggi di BCA, sibuk
kesana-kemari.
Kenyataannya, aku dan
sebagian besar teman-temanku yang baru memulai kehidupan kerja kami,
memulai dunia kami ini sebagai anak baru yang di hari pertama
celingukan nggak tahu apa yang harus dikerjakan. Ya, persis seperti
masa-masa OJT yang pernah kami alami, kami nggak tahu bagian tempat
kami bekerja tugasnya apa. BCA terdiri dari banyak sekali bagian.
Dan, tiap bagian itu memiliki tugas yang berbeda-beda. Masalahnya
adalah, kami dikirim ke tempat-tempat itu tanpa penjelasan bagian itu
fungsinya apa. Kami dituntut belajar on the spot.
Hari pertamaku, aku
disuruh duduk di antara dua cewek seusiaku, melihat mereka mengetik
entah apalah itu dari berbagai slip, sibuk meriksa laporan entah apa,
dan aku ngerasa nggak enak nanya-nanya ketika mereka sibuk begitu.
Tapi, nggak enak juga melihat komputer mereka sementara mereka kerja.
Aku pikir kalo aku yang ada di posisi mereka, pasti mereka merasa
diawasi, dan terjebak awkward moment. Ditambah, aku bukan orang yang
mudah membuka pembicaraan dengan orang lain, pintar berbasa-basi.
Lalu suasana tambah nggak enak ketika Kepala Bidang tempatku
mondar-mandir dan merhatiin aku... yang hanya bisa bingung melihat
rekan yang lain bekerja.
Untungnya kadang ada
karyawan lain yang terkadang ngajak aku ngobrol. Tapi ya setelah itu
pada sibuk masing-masing lagi. Ya iyalah ya, masa waktu kerja ngobrol
melulu. Disitu saya merasa sedih. Serius, cobaan terberat bukan
ketika banyak kerjaan, tapi sama sekali nggak ada kerjaan. Itu
rasanya awkward banget lho. Aku sudah pernah dua bulan mengalami kaya
gini, ketika aku OJT. Makanya aku nggak gitu kaget, tapi ya rasanya
tetap saja nggak enak.
Dua hari kemudian, aku
disuruh Pak Kepala Bidang pindah duduk di sebelah staf yang lain,
disuruh belajar. Naaah yang kali ini kerjaannya banyak, tapi aku yang
belum mengerti. Aku panik sendiri tiap diajarin sesuatu padahal yang
satunya saja belum ngerti. Tapi kemudian aku sadar kalo aku sudah
bukan mahasiswa lagi. Aku setara dengan staf yang lain, jadi aku
mesti bisa juga ngerjain kerjaanku. Untungnya, aku bekerja di
lingkungan dimana orang-orangnya mau ngajarin aku, meskipun kadang
pertanyaanku nggak penting dan ngulang-ngulang. Sejujurnya, aku juga
stres karena belum menguasai kerjaan disana.
Setelah menyelesaikan
pendidikan di universitas atau akademi, masing-masing dari kita pasti
punya sejuta ekspektasi tinggi tentang dunia karir yang akan segera
kita jalani. Kita memilih universitas untuk melanjutkan pedidikan
dengan berbagai pertimbangan yang tentunya tujuannya satu: Untuk
membantu kita agar mudah mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.
Apakah sebuah universitas punya koneksi dengan perusahaan tertentu,
atau apa. Yang jelas, sebegai fresh graduate, pasti harapan kita
kerja di sebuah perusahaan kece, tiap hari pakai pakaian kece ke
kantor, mondar-mandir di ruangan ber-AC, ketemu orang-orang penting,
dan hal-hal indah lainnya. Kenyataannya, nggak semudah itu, my
friend! Aku sih sekarang mondar-mandir juga sih. Mondar-mandir dari
meja kerja ke mesin fotocopy tapii..
Aku juga pengen jadi
pekerja profesional, yang nggak ragu-ragu lagi kalau mau ngerjain
sesuatu, yang bisa menjawab telepon nasabah atau staf lain dengan
jelas, yang bisa menjawab ketika ditanya atasan, seperti staf yang
lain. Tapi, tentunya itu butuh proses. Dan orang-orang yang terlihat
profesional itu, aku rasa juga melalui sebuah proses. Aku pun,
berusaha melalui proses yang baru kumulai itu.
Teman-teman yang sebentar
lagi juga akan segera menyusul ke dunia yang baru, dunia kerja,
menurutku nggak salah sih punya ekspektasi tinggi. Hanya saja,
bukannya yang bikin kita kecewa itu ekspektasi? Kita pasti berharap
dihormati, mendapat pekerjaan yang menyenangkan, tapi bukannya
sesuatu yang didapat secara instant biasanya hilang secara instant
juga? Lewati saja prosesnya, lewati dengan bahagia.
Udahan ya tulisanya, mau
tidur, besok kerja.. (pamer)
Komentar